30 Masjid dalam 30 Hari Selama Bulan Ramadhan!

Aman Ali dan Bassam Tariq. Dua pemuda New York ini punya ide menarik untuk mengisi bulan suci tahun ini: mengunjungi berbagai masjid di New York setiap malam selama bulan Ramadan! Perjalanannya ini membuat mereka memperoleh banyak teman baru. “Kami pergi ke berbagai tempat di mana kami belum pernah bertemu dengan orang-orangnya. Kami benar-benar orang asing, namun mereka membuat kami merasa telah disambut dengan baik,” ujar Ali.

Setiap kunjungan mendatangkan pengalaman baru dan mendekatkan mereka pada komunitas muslim New York yang berjumlah hampir satu juta jiwa. “Kadang hanya kami yang keturunan Asia Selatan, dan tempat itu akan penuh dengan orang Indonesia atau orang Afrika-Amerika. Ketika kami berjalan masuk semuanya terlihat sangat gembira,” ujar Tariq. Kedua teman ini mulai mencatat perjalanan mereka di blog. Mereka mengambil foto dan menulis tentang setiap masjid yang dikunjungi.

Ibunya pernah bilang, “Hati-hati, FBI akan mengikutimu!” Tapi Tariq berkata, “Jangan khawatir, Bu. Semuanya telah berubah. Kita memiliki presiden berkulit hitam sekarang. Semuanya akan menjadi lebih baik.” Setelah hampir 14 jam berpuasa, mereka mengatakan bahwa ada beberapa hal yang lebih baik daripada berdoa dan berbuka bersama-saudara-saudara baru.

Mengunjungi Imam Al-Khoei Islamic Center

Saya coba menelusuri blognya dan ada cerita yang cukup menarik menurut saya. Pada hari ke-19, Aman dan Bassam mengunjungi Imam Al-Khoei Islamic Center, salah satu masjid Syiah terbesar di New York City. Waktu umur 7 tahun, Bassam dan saudaranya pernah dikirim oleh orang tuanya ke sekolah musim panas Al-Khoei. Ketika saudaranya belajar azan dari sekolah dan dipraktikkan di rumah, barulah orang tua mereka sadar bahwa mereka belajar di madrasah Syiah.

Orang tua mereka tidak terlalu memperhatikan hal itu makanya kemudian mereka mengirim Bassam dan saudaranya ke guru dan mengatakan bahwa mereka Suni. Sejak saat itu, kapanpun ia ingin keluar pelajaran cukup mengangkat tangan dan mengatakan ‘saya adalah suni’. Waktu berjalan 14 tahun: hari ini, ketika Bassam memasuki masjid itu kembali dari belakang dan sampai di ruang ibadah kecil di basement. Saat itu waktunya untuk buka, tapi karena Syiah buka puasa lebih lama sekitar 15 menit maka Bassam diam-diam makan sepotong coklat.

Setelah itu Bassam melihat seseorang sedang salat. Ternyata lelaki itu seorang suni. Lelaki itu berasal dari daerah sekitar dan di sana terdapat banyak masjid suni. Bassam bertanya kenapa tidak pergi ke sana saja, kemudian dia menjawab bahwa masjid ini lebih dekat dan ia merasa nyaman datang ke sini. Bassam kemudian ke atas untuk bergabung dengan jemaah Syiah. Dia hanya melihat sedikit perbedaan antara salat Syiah dan suni. (Day 19: Imam Al-Khoei Islamic Center)

Kunjungan Kembali ke Imam Al-Khoei Islamic Center

Setelah beberapa hari, mereka berdua kembali mengunjungi Imam Al-Khoei Islamic Center. Salat Isya dikerjakan langsung setelah Magrib. Setelah rakaat kedua, Imam membaca “Rabbanâ âtinâ fid dunyâ hasanah…” (doa qunut sebelum rukuk rakaat kedua—ejajufri). Imam juga membaca “subhâna rabbial azhîm (wa bihamdih)” dan “subhâna rabbial a’la (wa bihamdih)” dengan keras dan hanya satu kali.

Saya merasa seperti orang asing. Terlebih lagi potongan tanah dan salat dengan tangan di samping saya. Saya tidak tahu apa yang saya lakukan. Saya menunjukkan ketidaknyamanan—Syiah merupakan minoritas dalam komunitas muslim (dibandingkan ahlusunah). Tapi di negara ini, ketika kita semua adalah minoritas, masjid tak terhitung jumlahnya, bagaimana perasaan Syiah berada di masjid suni? Karena lebih banyak masjid suni, pasti Syiah juga merasakan hal yang sama ketika di wilayah suni. Merupakan hal penting untuk memperlakukan orang lain yang memasuki masjid kita dengan hangat, hormat dan sopan santun, semua orang datang untuk ibadah, baik sedekap atau tidak. (Revisited Imam Al-Khoei Islamic Center)

Kedua pria tersebut mengatakan ini akan menjadi proyek sekali seumur hidup karena bepergian dari satu masjid ke masjid lain sambil tetap melakukan pekerjaan masing-masing sangat berat. Namun, blog yang mereka tulis telah menjadikan mereka surveyor Zagat di komunitas Islam, dengan teman dan orang asing yang mencari mereka untuk mengetahui perbedaan setiap masjid.

Baca lebih lanjut kisah Aman Ali and Bassam Tariq’s Ramadan journey through NYC’s Muslim Community di 30 Mosques in 30 Days.

8 respons untuk ‘30 Masjid dalam 30 Hari Selama Bulan Ramadhan!

  1. safari ramadhan…
    dulu sebelum menikah, saya dan teman sering melakukan itu,
    asik juga..
    semakin terasa indah nya bulan ramadhan..
    🙂

    di jelang akhir ramadhan ini..
    oRiD + Keluarga mengucapkan..
    selamat IDUL FITRI 1430 H..
    maaf lahir bathin..

  2. Terselip khilaf dalam candaku,
    Tergores luka dalam tawaku,
    Terbelit pilu dalam tingkahku,
    Tersinggung rasa dalam bicaraku.
    Hari kemenangan telah tiba,
    Semoga diampuni salah dan dosa.
    Mari bersama bersihkan diri,
    sucikan hati di hari Fitri.
    Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430 H
    Taqoba lallahu minnaa wa minkum
    Shiyamanaa wa shiyamakum
    Minal ‘aidin wal faizin
    Mohon maaf lahir dan batin
    Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabatku terchayaaaaaaaank
    I Love U fuuulllllllllllllllllll

  3. Kedal ing rasa nu pinuh ku bangbaluh hate, urang lubarkeun, ngawengku pinuh ku nyuuh, meungpeung wanci can mustari. Taqabalallahu Minna Wa Minkum
    Wilujeng Idul Fitri 1430 H, sim kuring neda dihapunten samudaya kalepatan.
    Kuring neda dihapunten kana samudaya kalepatan, boh bilih aya cariosan anu matak ngarahetkeun kana manah, da sadayana oge mung saukur heureuy, manusa mah teu tiasa lumpat tina kalepatan jeung kakhilafan

Komentar Anda?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.