Muslim di Piala Dunia 2010

Warga planet ini tidak sabar menanti ajang sepak bola termegah sedunia, World Cup 2010 di Benua Hitam. Indonesia yang sampai sekarang belum tampil di Piala Dunia juga tidak mau ketinggalan ikut bagian (termasuk saya ikut-ikutan posting beginian). Meski sudah dicoret dari calon penyelenggara untuk tahun 2022, stasiun televisi tanah air yang menyiarkan Piala Dunia sudah sibuk sejak tahun lalu.

Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim yang tidak lolos ke Piala Dunia 2010 ternyata tidak sendirian. Karena negara-negara Timur Tengah (yang notabene mayoritas muslim) juga tidak ada yang ikut bertanding. Arab Saudi dan Iran yang biasanya ikut main, tidak mampu lolos. Tapi bukan berarti tidak ada (pemain) muslim yang ikut ambil bagian.

K’naan misalnya, pengisi soundtrack resmi Piala Dunia 2010, Wavin’ Flag, adalah seorang muslim. Ia lahir di Somalia dengan nama asli Keinan Abdi Warsame (كنعان وارسام).  Dalam bahasa Somalia, K’naan, berarti pengembara. Menghindari perang di Somalia, ia bersama keluarganya pindah ke Toronto, Kanada. [Wikipedia].

Éric Bilal Abidal

Kepada majalah Match yang terbit di Paris, Abidal mengatakan, agama Islam telah mendorongnya untuk bekerja keras untuk memperkuat timnya. ”Saya memeluk Islam dengan keyakinan penuh,” ujar ayah dua anak itu. Sejak masuk Islam, Abidal berusaha menjadi Muslim yang taat. ”Pilihan memeluk agama Islam bukan karena faktor istriku, tapi sebuah hadiah yang tiba-tiba saja muncul. Itu benar-benar terjadi apa adanya. Mengalir begitu saja dan membuatku merasa bahagia,” ungkap Abidal. [Republika]

Franck Bilal Ribéry

Sebelum masuk lapangan, ia selalu berdoa. Istrinya seorang muslimah dan memiliki dua orang putri, Hiziya dan Shahin. Ia pernah mengatakan, “Islamlah yang memberikan saya kekuatan dan luar lapangan.”

Pada awal tahun 2009, setelah babak pertama pertandingan persahabatan di Jeddah, Arab Saudi, Franck Ribéry dan teman satu timnya di Bayern Munchen, Hamid Altıntop bertangkat ke Mekkah untuk umrah. Kembali ke hotel malam hari untuk bergabung bersama timnya dan melanjutkan Bundesliga.

Umrah bersama Hamid Altıntop

Wartawan Jerman pernah menanyakannya soal menjalankan puasa bulan Ramadan dengan bertanding di Bundesliga. “Kalau libur saya berpuasa, tapi tidak saat harus bertanding,” kata Ribéry, yang menggunakan nama Islam, Bilal Mohammed Yusuf. [Muslim Soccer Blog]

Nicolas Anelka

“Saya kembali pada Islam ketika berusia 16 tahun karena kebanyakan anak-anak di bagian pinggir kota Paris adalah muslim. Saya tidak berdoa atau semacamnya di ruang ganti. Itu adalah hal pribadi yang saya bawa ke rumah, tapi saya suka menjalani kehidupan dengan baik.

“Jadi siapa Nicolas Anelka sebenarnya? Saya orang biasa. Saya ingin menikmati sepak bola saya. Saya tidak banyak berbuat di luar (lapangan). Saya hanya pulang dan nonton televisi dan berkumpul bersama teman-teman. Citra saya sebagai seorang pembuat masalah tidaklah benar. Saya jarang keluar dan Anda tidak akan pernah melihat saya mabuk.”

Hatem ben Arfa

“Saya beriman pada Allah. Tapi saya tidak menunjukkannya. Ini masalah hati, sesuatu yang mendalam antara saya dan diri saya.” Sebagai seseorang yang tidak menunjukkan keislamannya, dia selalu berdoa dengan nada permohonan maaf, “Saya tidak punya banyak waktu.”

Khalid Boulahrouz

Dalam sebuah wawancara ia mengatakan, “Saya berusaha sebisa mungkin untuk mengembangkan pengetahuan saya tentang Islam. Saya salat lima waktu setiap hari dan saya mengaji Al Quran. Saya belajar bahasa Arab, jadi saya bisa memahami lebih baik.”

“Mengaji Alquran, memberi saya kedamaian dan membuang stres yang ada. Saya berusaha untuk menjalaninya dalam kehidupan sehari-hari. Kesabaran sangat penting di situasi yang sulit, saya harus bisa mengatasinya. Kesabaran banyak manfaatnya.” [de Volkskrant].

Kolo Habib dan Gnégnéri Yaya Touré

Keluarga Touré ini akan membela timnas Pantai Gading. Saat masih membela Arsenal, Kolo Habib Touré tidak lupa mengajarkan anak-anak kecil mengaji di sebuah masjid kota London [voa-islam]. Sama seperti Kolo Touré, Yaya juga pandai mengaji, dan seringkali mengirimkan donasinya untuk anak-anak miskin di Pantai Gading, negara dia berasal. Sedangkan saudaranya yang lain, Ibrahim Touré yang memperkuat Al-Ittihad, saya tidak punya banyak informasi 😀

Robin van Persie

Menikah dengan istrinya, Bauchra yang beragama Islam, van Persie dikarunia seorang anak. Tapi apakah dia muslim, hanya dia dan Tuhan yang tahu. “Tidak benar. Saya bukan Muslim, juga bukan Kristen atau Yahudi. Saya dibesarkan dengan liberal. Jika Anda ingin menjadi seorang Muslim, itu harus datang dari hati Anda sendiri. Saya tidak ingin melakukannya hanya untuk menyenangkan istri saya,” kata van Persie dalam sebuah wawancaranya. [inilah.com]

Sulleyman Ali “Sulley” Muntari

Setelah mencetak gol ke gawang Juventus, Sulley Muntari segera sujud sebagai wujud rasa syukur; hal ini membuat banyak muslim Italia memujinya. Begitu juga ketika dia melakukan selebrasi dengan membuat huruf “C” di jarinya. Ada yang mengatakan itu inisial pacarnya, ada juga yang menyebutnya sebagai simbol bulan sabit yang identik dengan Islam.

Saat masih melatih Inter Milan, Mourinho pernah melontarkan kritik kepada penampilan Muntari dan juga bulan Ramadan, “Mungkin dengan cuaca sepanas ini, tidak cocok untuk Sulley Muntari melakukan ibadah puasa Ramadan, dan Ramadan tiba di saat yang kurang tepat bagi pemain untuk bertanding.” Sontak Mourinho mendapat kritik pedas [detikSport].

Hakan Yakin

Hakan Yakin lahir di Bassel, Swiss, dari orang tua berkebangsaan Turki. Di besar di Münchenstein, perbatasan Jerman dan Perancis. Namanya memang sudah menunjukkan jati-dirinya, Yakın (i tanpa titik), yang berarti “dekat” atau “berdampingan”. [Yakin’s World].

Wasit

Berikut 12 wasit dan asisten wasit Muslim yang ditunjuk FIFA untuk putaran final Piala Dunia 2010 yang dimulai 11 Juni-11 Juli 2010 di Afrika Selatan. Mereka adalah Khalil Ibrahim Al Ghamdi (Arab Saudi, wasit), Hassan Kamranifar (Iran, wasit), Ravshan Irmatov (Uzbekistan, wasit), Subkhiddin Mohd Salleh (Malaysia, wasit), Koman Coulibaly (Mali, wasit), Mohamed Benouza (Aljazair, wasit), Saleh Mohamed Al Marzouqi Maamar Chabane (Aljazair, asisten), (Uni Emirat Arab, asisten), Rafael Ilyasov (Uzbekistan, asisten), Bahadyr Kochkarov (Kyrgyzstan, asisten), Nasser Abdel Nabi (Mesir, asisten), Bechir Hassani (Tunisia, asisten), dan Redouane Achik (Maroko, asisten). [Republika]

Tentu ada banyak muslim lain yang tidak saya sebutkan (seperti timnas Aljazair), termasuk pemain bola muslim lain (Johan D. Djourou-Gbadjere, Mesut Özil, Ibrahim Afellay). Apa yang saya perhatikan, banyak dari mereka yang masih khawatir untuk menunjukkan identitasnya dan juga tidak terlalu relijius. Bisa jadi karena mereka adalah imigran sehingga pendidikan agama di keluarga minim, benturan dengan budaya Barat, atau tuntutan profesi. Wallahualam.

Catatan: No Sara dari Kaskus dibutuhkan untuk “menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.” Samir Nasri dan Karim Benzema dihapus dari list 😉

Last modified: June 23, 2010

41 respons untuk ‘Muslim di Piala Dunia 2010

Komentar yuk!

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.