Persahabatan Seorang Pastor dengan Sang Syekh

Lahir dari sebuah keluarga religius di daerah Abadan (Iran) pada tahun 1962, Mansour Leghaei adalah doktor bidang teosofi dan pernah menjadi murid dari ulama besar seperti Ayatullah Vahid-Khorasani, Ayatullah Javadi-Amoli, Ayatullah Mesbah-Yazdi, dan Ayatullah Bahjat. Pada usia 32 tahun, tepatnya tahun 1994, ia bersama keluarganya tiba untuk pertama kalinya di Australia.

Bermodalkan visa bisnis jangka pendek, ia bekerja sebagai pengawas daging halal sampai satu tahun kemudian mendapatkan visa agama pekerja. Tahun 1996, ia terpaksa menggunakan visa sementara (bridging visa) karena sedang mengurus pengajuan izin tinggal permanen dengan dukungan dua anggota parlemen. Ternyata dukungan tersebut tetap membuat pengajuannya ditolak, karena Syekh Mansour dinilai memiliki risiko terhadap keamanan nasional Australia.

Selama perjuangan administrasinya itu, Syekh Mansour tetap menjalankan tugasnya sebagai ulama dengan mendirikan Imam Husain Islamic Centre pada akhir 1997 yang bertujuan memenuhi kebutuhan pendidikan, kesejahteraan, dan kebutuhan agama masyarakat muslim. Pusat keagamaannya ini bahkan dikunjungi oleh sejumlah petinggi dan pejabat publik.

Sampai tahun 2002, Syekh Mansour tetap mengejar penilaian resmi dari Australian Security Intelligence Organisation. Tapi hasilnya tetap sama; sama-sama tidak memiliki alasan yang jelas. Syekh Mansour hanya dikatakan “secara langsung atau tidak langsung merupakan risiko bagi keamanan nasional Australia”.

Antara tahun 2002 sampai 2010, Syekh Mansour berusaha mengajukan banding ke berbagai institusi termasuk Kementerian Imigrasi. Tidak disangka, Syekh Mansour mendapat dukungan dari berbagai kalangan, termasuk Pastor Dave Smith. Awalnya, Dave tidak peduli karena mengira bahwa sang syekh adalah seorang pembuat bom. Pengamatannya membuktikan bahwa Syekh Mansour hanyalah menyebarkan kebaikan.[1]

Pastor Dave dan beberapa pemimpin Kristiani membentuk koalisi Save the Sheikh yang memperjuangkan penolakan deportasi Mansour Leghaei. Syekh Mansour dan Pastor Dave, yang merupakan mantan petinju, kemudian menjadi teman dekat. Mereka bekerja sama untuk membantu remaja korban narkoba dan kekerasan serta memupuk keharmonisan rasial. “Syekh Mansour pecinta kedamaian dan berkomitmen membangun jembatan antara komunitas beragama.”[2]

Usaha menggemakan ketidakadilan pemerintah Australia terhadap Syekh Mansour membuat PBB berkomentar bahwa “tindakan mendeportasi Leghaei dapat melanggar HAM dan hak atas pemeriksaan yang adil”. Uskup Desmond Tutu bahkan berkomentar, “Di Afrika Selatan kami terbiasa ditahan tanpa pernah diadili. Di Australia, Anda akan dideportasi tanpa pernah diadili.”

Dave Smith, sebagai seorang imam gereja, ternyata juga memiliki suara yang lantang membicarakan konflik Suriah. Dia menentang keras segala bentuk intervensi militer asing ke negeri yang masih dipimpin Bashar Assad. Pada Maret 2014, dia melakukan kampanye Ziarah Perdamaian untuk Suriah dengan bertemu pimpinan gereja di sana dan juga Mufti Suriah, Ahmad Hassoun, di Masjid Umayyah.

Selain ke Suriah, Pastor Dave Smith berkunjung ke Iran dan melepas rindu dengan sahabatnya yang selama kurang lebih 16 tahun telah menyebarkan kebaikan di Australia. Syekh Mansour menemani Pastor Dave, Imam Gereja Holy Trinity Dulwich Hill, mengunjungi rumah Imam Khomeini dan Masjid Jamkaran.[3] Kisah singkat ini saya muat dengan tujuan untuk dijadikan sebagai inspirasi perdamaian.

Referensi:

[1] ^ “Ratusan Demonstran Protes Deportasi Ulama dari Australia”. Republika. 3 Juni 2010

[2] ^ “Aussie Christians say, ‘Give the Sheikh a Fair Go'”. Save the Sheikh.

[3] ^ “Peace Pilgrimage to Syria”. Father’s Dave Monday Missive. 4 April 2014

Komentar Anda?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.