Penyimpangan Terjemahan Hadis Bukhari tentang Imam Mahdi

Oleh: Ahlul Bayt Digital Islamic Library Project

Hadis nomor 658 bab empat kitab Shahîh al-Bukhârî edisi bahasa Arab/Inggris menyebutkan riwayat singkat tentang kedatangan Yesus (Nabi Isa alaihisalam) dan kehadiran seorang Imam. Terjemahan itu berubah pada edisi cetakan berikutnya! Shahîh al-Bukhârî merupakan kitab hadis utama bagi saudara ahlusunah dan dianggap sebagai kitab terpercaya setelah Alquran. Penerjemahan bahasa Inggrisnya yang dilakukan oleh Muhammad Muhsin Khan dalam 9 jilid, telah diterbitkan dalam beberapa edisi. Hadis yang didiskusikan ini terdapat pada edisi Dar al-Fikr (tanpa tahun, meskipun baru) sebagai berikut:

Shahîh Al-Bukhârî, Muhammad b. Ismail (w. 256 H), jilid 4, hal. 437, hadis nomor 658, Beirut: Dar al-Fikr (9 jilid), diterjemahkan oleh Muhammad Muhsin Khan, t.t.

Bagi mereka, yang meskipun pemahaman bahasa Arabnya kurang, akan dapat melihat bahwa teks hadis Arab yang digarisbawahi (wa imâmukum minkum) dan padanan bahasa Inggrisnya sangat berbeda!

Terjemahan yang tepat seharusnya:

How will you do when the son of Mary descends and your imam is one of your number?

Apa yang akan kalian lakukan ketika putra Mariam turun sedangkan imam kalian berada di antara kalian?

Terjemahan ini dapat dilihat pada terjemahan James Robson dalam kitab Misykat Al-Mashabih karya Khatib At-Tabrizi, yang mengutip hadis tersebut dari Shahîh Al-Bukhâri:

Misykat Al-Mashabih, Al-Khatib At-Tabrizi (w. 737 H), jilid 3, hal. 1159, bab enam (Keturunan Yesus), Lahore: Shaikh Muhammad Ashraf (2 jilid), diterjemahkan oleh James Robson, 1964.

Mungkinkah ini ketidaksengajaan penerjemah Shahîh Al-Bukhârî?

Terjemahan Muhammad Muhsin Khan telah diperiksa ulang oleh beberapa ulama, sebagaimana terlihat dalam lembar pengesahan di halaman pertama setiap jilidnya:

Shahîh Al-Bukhârî, Muhammad b. Ismail (w. 256 H), jilid 4, hal. 1, Beirut: Dar al-Fikr (9 jilid), diterjemahkan oleh Muhammad Muhsin Khan, t.t.

Lalu, siapa yang bertanggung jawab atas kesalahan ini?

Lembar pengesahan tersebut juga muncul pada edisi awal yang diterbitkan di Pakistan pada tahun 1971. Pada edisi tersebut kami menemukan bahwa penyimpangan fatal itu tidak ada. Hadis itu diterjemahkan lebih akurat. Perlu diingat bahwa pada jilid, halaman, dan nomor hadis pada edisi berikut, serupa dengan edisi Dar al-Fikr sebelumnya.

Shahîh Al-Bukhârî, Al-Bukhari, Muhammad b. Ismail (w. 256 H), jilid 4, hal. 437, hadis nomor 658, Pakistan: Sethi Straw Board Mills (Conversion) Ltd (9 jilid), diterjemahkan oleh Muhammad Muhsin Khan, 1971

Terlihat bahwa “kesalahan” ini sebenarnya penyimpangan yang jelas dan sengaja dari teks terjemahannya. Hal ini terus terjadi hingga edisi terakhir yang dicetak ulang sampai sekarang dan masih menunjukkan penyimpangan (tahrif). Termasuk edisi terakhir yang diterbitkan di Pakistan. Bahkan database hadis online memiliki terjemahan yang keliru. Misalnya lihat:

Shahîh Al-Bukârî, Al-Bukhari, Muhammad b. Ismail (w. 256 H), jilid 4, kitab 55, hadis nomor 658. Terjemahan online: (Klik di sini untuk lihat online)

hadis_usc2

Apa hubungan Fath Al-Bârî dengan versi yang keliru ini?

Fath al-Bârî merupakan uraian (syarh) paling terkenal dalam Shahîh al-Bukhârî. Kitab itu ditulis oleh Ibnu Hajar al-Asqalani (w. 852 H), seorang ulama dengan reputasi besar di kalangan ahlusunah. Meskipun analisis di atas menunjukkan penyimpangan yang jelas dan terlihat sengaja, pengecekkan terhadap syarah hadis tersebut dalam Fath Al-Bârî menjadi lebih jelas. Berikut ini adalah teks yang panjang dan sangat beralasan jika Ibnu Hajar mengutip pendapat beberapa pihak mengenai arti dan maksud riwayat tersebut. Beberapa komentar diterjemahkan di bawah:

Fath al-Bârî bî Syarh Shahîh al-Bukhârî, Ibnu Hajar Al-Asqalani (w. 852 H), dalam hadis nomor 3193 (klik di sini untuk lihat online)

hadis_alislam

Menurut Ahmad dari Jabir tentang kisah dajal dan turunnya Isa, “Ketika mereka bersama Isa, akan dikatakan: ‘Bangkitlah wahai Ruhullah (Nabi Isa)’, beliau berkata: ‘Biarkan imam kalian memimpin salat‘.” Juga Ibnu Majah dalam hadis panjang dari Abu Umamah tentang dajal berkata: Mereka semua, maksudnya kaum kuslim, di Baitul Muqaddas (Yerusalem) dan imam mereka yang saleh maju memimpin salat mereka, ketika Isa turun; sang imam mundur dan meminta Isa untuk memimpin. Lalu Isa berdiri di antara bahunya (maksudnya menghadapnya) lalu berkata, “Pimpinlah! (Salat ini) disiapkan untukmu.”

Abul Hasan al-Khasai al-Abidi berkata dalam Manâqib asy-Syâfi’î bahwa kabar itu adalah mutawatir yakni al-Mahdi berasal dari umat ini dan Isa akan salat dibelakangnya. Dia menyebutkan tentang penolakan hadis yang dikeluarkan Ibnu Majah yang berasal dari Anas yang mengatakan “tidak ada Mahdi kecuali Isa”.

Abu Dzar al-Harawi berkata dari al-Jauzaqi dari beberapa orang terdahulu, berkata: arti dari perkataan “imam kalian berada di antara kalian” adalah bahwa dia akan memerintah berdasarkan al-Quran dan bukan Injil.

[…]

Ibnu al-Jauzi berkata: Jika Isa memimpin maka akan terjadi keraguan dipikiran manusia apakah ia akan memimpin sebagai wakil atau sebagai pemrakarsa hukum [baru]. Oleh karena itu, dia akan salat sebagai makmum sehingga tidak diliputi keraguan, mengingat ucapan (nabi kita) “tidak ada nabi setelahku”. Tentang salatnya Isa dibelakang lelaki dari umat ini, yang terjadi di akhir zaman menjelang hari kiamat, merupakan dalil sahih (bukti yang benar) dari ucapan bahwa bumi tidak mungkin ada tanpa tegaknya hujah Allah (qâ’im lillâh bi hujjah). Wallahualam.

Menjadi jelas dari kutipan di atas bahwa terdapat berbagai penjelasan yang dikutip Ibnu Hajar untuk menyatakan makna hadis ini dan identitas sang imam. Penyimpangan teks terjemahan Muhsin Khan dilakukan dengan mengganti terjemahan dan memilih salah satu dari beberapa penjelasan, yakni yang diwarnai merah. Sedangkan yang lainnya, termasuk yang diwarnai biru, ditolak.

Lalu siapa “imam” yang disebutkan dalam riwayat itu?

Pemahaman Syiah ini mengacu kepada Imam Mahdi yang merupakan Imam Kedua Belas dan Penerus dari Nabi (saw.) dari keluarganya (ahlulbait). Beliau merupakan Qâim al-Hujjah, di mana Yesus (Nabi Isa) akan salat di belakangnya ketika turun. Wallahualam.

Penerjemah: Ali Reza Aljufri © 2009

15 respons untuk ‘Penyimpangan Terjemahan Hadis Bukhari tentang Imam Mahdi

  1. tidak ada itu imam yang ke 12….
    para ahli sejarah telah mengetahuinya secara pasti dan ini sudah menjadi maklum bagi mereka. karena berdasarkan hasil penelitian ahli sejarah/maupun ulama syiah terdahulu imam ke 11 ini tidak memiliki anak laki2. terus dari mana anda mengatakan kalau imam mahdi yang anda klaim itu berasal dari keturunan imam ke 11..???

    1. Tidak ada “imam ke-12” tapi tidak meragukan kedatangan Imam Mahdi?

      Sebelas Imam pertama dibunuh. Begitu juga para penguasa zalim berusaha membunuh yang kedua belas dan Allah “menggaibkan” Imam Kedua Belas. Keluarga pun berusaha menyembunyikan putra Imam Kesebelas ini dari kejaran tirani. Dalam Kitab Al-Irsyad bahkan disebutkan, setelah Imam Kesebelas syahid, banyak orang yang belum tahu tentang putranya. (Silakan baca Kitab Al-Irsyad, Syaikh Mufid).

    2. 1. Di keluarkan dari Bukhari, Ahmad dan Baihaqi, dari Jabir bin Samurah, berkata,

      “Akan wujud 12 orang amir”.

      Jabir berkata: Setelah itu baginda(sawa) mengatakan sesuatu yang tidak dapat aku mendengarnya. Lantas bapaku berkata bahawa baginda bersabda:

      “Semuanya dari Quraish.”

      2. Di keluarkan oleh Muslim dari Jabir bin Samurah berkata: Aku masuk bersama bapaku ke hadhrat Nabi lalu aku mendengar baginda(sawa) bersabda:

      ‘Urusan agama ini tidak akan selesai hingga sempurna 12 orang Khalifah.”

      Jabir berkata: Kemudian baginda mengatakan sesuatu yang kabur dari pendengaran ku, maka aku bertanya kepada bapaku. Bapaku menjawab:

      “Semuanya daripada Quraish”

      3. Dikeluarkan oleh Muslim dan Ahmad dari Jabir bin Samurah: Aku telah mendengar bahawa Rasulullah bersabda:

      “Urusan agama akan tetap berjalan lancar selagi mereka dipimpin oleh 12 orang lelaki.”

      4. Di keluarkan oleh Muslim, Abu Daud, Ahmad, Ibnu Hibban, al Khatib al Tabrizi, dari Jabir bin Samurah, Rasulullah(sawa) bersabda:

      “Islam akan tetap mulia(selagi mereka dipimpin oleh) dengan 12 orang khalifah”

      5. Dikeluarkan oleh Muslim dari Jabir bin Samurah berkata: Aku telah mendengar Nabi bersabda pada petang Jumaat ketika al Aslani di rejam:

      “Agama ini akan tetap teguh berdiri hingga hari kiamat kerana kamu dipimpin oleh 12 orang khalifah.”

      6. Di keluarkan oleh Ahmad, Al Hakim, al Haithami di dalam Majma’ uz Zawaid dinukil dari Thabrani dan al Bazzar, dari Jabir bin Samurah, Nabi bersabda:

      “Urusan umatku akan berada dalam keadaan baik sehinggalah cukup 12 orang khalifah.”

      7. Di keluarkan oleh Ahmad, al Haithami di dalam Majma uz Zawaid, Ibnu Hajar di dalam al Mathalibul ‘Aliyah, al Busairi di dalam Mukhtasar al Ithaf dari Masruq berkata: Telah datang seorang lelaki kepada Abdullah Ibnu Mas’ud lalu berkata:

      Apakah Nabimu pernah mengkhabarkan bilangan khalifah setelah pemergiannya?

      Ibnu Mas’ud menjawab:

      “Ya, tetapi tiada orang pun selain kamu yang bertanyakan perkara ini. Sesungguhnya kamu masih muda. Bilangan khalidah adalah seperti bilangan majlis Musa(as), iaitu 12 orang.”

      Inilah antara hadis yang menunjukkan bilangan khalifah/amir sepeninggalan Rasulullah (sawa), iaitu 12 orang, yang mana selagi di bawah pimpinan mereka:-

      1. Islam akan tetap mulia.
      2. Agama ini akan tetap teguh.
      3. Urusan umat akan tetap dalam keadaan baik.

      Syeikh Sulaiman al Qunduzi al Hanafi menerusi kitabnya Yanabi al Mawaddah telah mengkhususkan satu bab hanya untuk himpunan hadis 12 orang khalifah ini. Beliau menyatakan bahawa Yahya bin Hassan menerusi kitabnya, al Umdah menyenaraikan 20 jalan sanad bahawa khalifah sepeninggalan Nabi(sawa) ialah 12 orang. Manakala Bukhari menyenaraikan 3 jalan, Muslim 9 jalan, Abu Daud 3 jalan, dan Tarmizi 1 jalan.

    3. Dalam Ikmal al-Din terdapat sebuah hadis melalui Jabir al-Jufri yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah yang berkata: “Ya Rasulullah kami telah mengetahui Allah dan Rasul-Nya, lalu siapakah ulil amri yang Allah jadikan ketaatan kepada mereka sama dengan ketaatan kepadamu?”

      Lalu Nabi SAW bersabda: “Wahai Jabir, mereka adalah penerusku dan para pemimpin muslimin. Yang pertama dari mereka adalah ‘Ali bin Abi Thalib, kemudian (Imam) Hasan dan (Imam) Husain, kemudian ‘Ali bin Husain, kemudian Muhammad bin ‘Ali, yang dikenal dalam taurat dengan nama al-Baqir, yang engkau akan jumpai kelak. Wahai Jabir! Apabila engkau menjumpainya, sampaikanlah salamku padanya. Setelahnya adalah ash-Shadiq, Ja’far bin Muhammad; kemudian Musa bin Ja’far, kemudian ‘Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin ‘Ali, kemudian ‘Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin ‘Ali, setelahnya adalah al-Qa’im yang nama asli dan gelarnya sama denganku. Dia adalah hujjah Allah di bumi dan pengingat hamba-hamba-Nya. Dia anak (Imam) Hasan bin ‘Ali (al-’Askari). Peribadi inilah yang menyebabkan tangan Allah akan membukakan arah Timur dan Barat dunia dan peribadi ini jugalah yang akan digaibkan dari para pengikut dan pencintanya. karena inilah (kegaiban -penerj) keimamahannya tidak dapat dibuktikan oleh pernyataan siapapun kecuali oleh orang yang keimanannya telah Allah uji.”

      Jabir berkata: “Aku bertanya padanya: ‘Wahai Rasulullah! Apakah para pengikut (syi’ah)-nya akan mendapatkan manfaat dari kegaibannya?’ Dia menjawab: ‘Ya. Demi Zat yang mengutusku dengan kenabian, mereka akan mencari cahaya dan taat kepadanya pada masa gaibnya sebagaimana manusia mendapat manfaat dari (cahaya) matahari ketika awan menutupnya’ …”
      (Ikmal al-Din, jilid 1, hal. 253, dengan makna yang hampir sama dalam Yanabi’ al-Mawaddah, hal.117)

      * Yanabi al Mawaddah : hal 134 dan 137
      * Syawahidul Tanzil:1/48 hadis 202-204
      * Tafsir Razi:3/375

      Telah diriwayatkan oleh al Hamwini, di dalam Fara’id al-Simtayn dan dinukilkan darinya di dalam Yanabi al Mawaddah, dengan sanad dari Ibnu Abbas berkata:

      Seorang Yahudi yang bergelar Nat’sal datang bertemu Rasulullah(sawa) lalu berkata;

      Wahai Muhammad(sawa) aku berhajat untuk bertanya kepadamu sesuatu yang aku pendamkan di dalam diriku. Jika kamu menjawabnya, maka aku akan mengisytiharkan keislamanku di hadapan mu.” Rasulullah(sawa) menjawab, “Tanyalah wahai Abu Imarah.” Dia lalu menyoal baginda sehingga beliau merasa puas dan mengakui kebenaran baginda(sawa).

      Kemudian dia berkata, “ Beritahu aku tentang pengganti kamu, siapakah mereka? Sesungguhnya tiada Rasul yang tidak mempunyai wasi(pengganti).Rasul kami Musa melantik Yusha bin Nuun sebagai pengganti dirinya. Baginda menjawab: “Wasi ku ialah Ali bin Abi Thalib, diikuti oleh kedua cucuku, Hassan dan Hussain, seterusnya diikuti pula oleh 9 orang keturunan Hussain.

      Dia bertanya lagi: “Sebutkan nama-nama mereka kepada ku waha Muhammad(sawa).” Rasul menjawab, “Apabila Hussain pergi, beliau akan diganti oleh anaknya, Ali, apabila Ali pergi, Muhammad akan menggantikannya. Apabila Muhammad pergi, Ja’afar akan menggantikannya. Apabila Ja’afar pergi, beliau akan digantikan oleh anaknya Musa. Apabila Musa pergi, anaknya Ali akan menggantikannya. Setelah Ali pergi anaknya Muhammad akan menggantikannya. Setelah Muhammad pergi, anaknya Ali akan menggantikannya. Apabila Ali pergi, anaknya Hassan akan menggantikannya. Apabila Hassan pergi, anaknya Muhammad al Mahdi akan menggantikannya. Inilah mereka yang 12 orang.Dengan jawapan tersebut yahudi itu memuji Allah dan menyatakan keislamannya.

  2. Ghaib???? mengapa hal itu tak dijelaskan Imam Thariqah Alawiyyah ya??? bisa nt jelaskan?

    1. Dalam alam mistis, gaib yg dimaksud tidak tampak oleh orang awam (saya gunakan tanda petik). Ahlusunah tidak (banyak) menjelaskan “kegaiban” karena diyakini belum lahir.

  3. Para Imam Thariqah seperti Imam Haddad ra atau sebutlah sekarang Habib Salim Syathri Sulthonul Alamah fil akhir umruhu apakah masuk kategori awam?

    1. Untuk sedikit mengetahui tentang kegaiban Imam Mahdi sila rujuk ke karya Ayat. Ibrahim Amini dan Syahid Baqir Shadr.

      Para urafa dari kalangan Syiah pun tidak serta mengklaim mendapat hubungan intens dengan Imam Zaman. Buku-buku pengalaman spiritual pun lebih sering mengisahkan pertemuan dengan “sosok tertentu” dan tidak mengklaim bertemu dengan Imam Mahdi. Sebagaimana seorang wali tidak akan mengklaim dirinya adalah wali, maka mereka yg memanfaatkan dengan mengaku-ngaku bertemu dengan Imam Mahdi adalah pembohong.

  4. NABI ISA ………DIGAIBKAN OLEH ALLAH SWT KETIKA AKAN DIBUNUH PENGUASA ZALIM.
    IMAM MAHDI….DIGAIBKAN OLEH ALLAH SWT KETIKA AKAN DIBUNUH PENGUASA ZALIM.

    KEDUANYA AKAN DIMUNCULKAN DI AKHIR ZAMAN GUNA MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN ISLAM GLOBAL YANG AKAN DIPIMPIN IMAM MAHDI YANG MERUPAKAN KETURUNAN RASULULLAH SAW.
    MELALUINYA PEMERINTAHAN AKAN TERKALAHKAN OTORITER/HEGEMONI ZALIM KONSPIRASI GLOBAL.

    SEBUAH GRAND STRATEGY YANG PASTI AKAN TERWUJUD ATAS KEHENDAK ALLAH AZZA WA JALLA.

  5. KEAGUNGAN ISLAM SEBAGAI RANGKAIAN AJARAN TAUHID SEJAK ADAM A.S. ADALAH PERHATIAN KEPADA HAL GAIB DAN ESENSI ASPEK FUTURISTIK (BEYOND TOMORROW).

    IMAM MAHDI ……ADALAH CONTOH BAGAIMANA OPTIMISME AKAN ESENSI APLIKASI KEMURNIAN AJARAN ISLAM MELALUI PEMERINTAHAN “IMAM DARI AHLUL BAYT RASULULLAH SAW” MENJADI “PAMUSKAS” KEBERHASILAN SISTEM PEMERINTAHAN YANG SECARA KOMPREHENSIF INTEGRAL MEMBAWA KESEJAHTERAAN DI ATAS PERMUKAAN BUMI.

    OPTIMISME TERDAHSYAT…! BAHWA SIAPAPUN SECARA TERPAKSA ATAU IKHLAS…..BERDASARKAN PREDIKSI KENABIAN DAN KELAK AKAN TERWUJUD … “STRATEGIC PLANNING” DARI ALLAH SWT “SEBAGAI SANG MAHA PENGATUR SEGALA URUSAN”

  6. NT berdua sama2 memiliki dalil yg masuk akal… tapi siapakah yang bisa menjamin akan pengetahuan hari esok? bahkan Nabi Muhammad SAW pun tidak mengetahui apa yang terjadi hari esok. bukankah ada hal yang lebih penting untuk d perhatikan. yaitu artikel d atas. “penyimpangan hadits”…bukan kah ini lebih menghawatirkan dari pada perdebatan tentang Imam mahdi dan Nabi Isa AS yang kita sama2 terbatas tentangnya…

  7. AL MAHDI, MITOS ASAL PERSIA *)

    Bagi saya (Mahrus Ali Mknu), kedatangan Imam Mahdi adalah masalah gaib. Dan bukan kapasitas Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk menebak masalah gaib. Dan ini telah melanggar ayat:

    اللهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي اْلأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوْتُ إِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

    “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (SQS. Luqman, 31:34)

    Ust Isa Abd Rahman menyatakan:

    لقد رأينا فيما سبق قول محقق كتاب دلائل النبوة ان فكرة المهدي أصلها فارسي، وأثرت في ديانات كثيرة. مؤلف الكتاب، القاضي عبدالجبار الهمداني، من القرون الوسطى، توفي سنة (415) هجرية، ويمكن الاستنتاج من كتابه ان المسلمين هم الذي نشروا هذه الخرافة في الديانات الاخرى.

    Dulu kita telah melihat kata dari pentahkik sebuah buku tanda–tanda nubuat adalah bukti bahwa ide asal Mahdi adalah dari Persia, berpengaruh kepada banyak agama. Penulis buku tersebut, Qadhi Abdul Jabbar al-Hamdani, dari Abad Pertengahan, meninggal pada tahun 415 H. Dapat disimpulkan dari bukunya bahwa kaum muslimin yang menyebarkan mitos ini dalam agama lain

    الصورة المقابلة نسخة من الكتاب، والمؤلف هنا ينقل رأي اليهود والنصارى في المهدي، في الزمن الذي هو عاش فيه، ويقول ان اليهود يقولون ان مهديهم هو المسيح الذي ينتظر المسلمين عودته في آخر الزمان، بينما يقول النصارى ان مهديهم هو الفارقليط.

    Sesuai copy gambar dari buku tersebut, penulis di sini menyampaikan pendapat Yahudi dan Kristen tentang Mahdi di zaman beliau hidup Beliau mengatakan bahwa orang-orang Yahudi mengatakan bahwa Mahdi mereka adalah al Masih yang dinanti kedatangannya oleh kaum Muslim dalam dekade terakhir ahir zaman, sementara orang Kristen mengatakan adalah Mahdi mereka adalah Alvarkulait.

    هؤلاء اليهود والنصارى كانوا يعيشون في بلاد المسلمين، ويتبادلون معهم الحوار والنقاش في الامور الدينية. وإن لم يكن قد سمعوا من المسلمين بشيئ اسمه المهدي، لما أعطوا هذا اللقب للمسيح والفارقليط الموجودين في كتبهم. وفي هذا مثال على تبادل المعتقدات بين الأمم. وهنا نجد المسلمين قد ساهموا في نشر هذه الاسطورة التي هم أخذوها من المجوس.

    Orang-orang Yahudi dan Kristen yang tinggal di negara-negara Muslim, mereka saling debat dan dialog dalam urusan agama. Seandainya mereka tidak pernah mendengar tentang nama Mahdi dikalangan Muslim, maka mereka tidak memberi julukan ini kepada al Masih dan Alvarkulait dalam buku-buku mereka.

    Dalam contoh ini, pertukaran keyakinan antara bangsa – bangsa. Di sini kita menemukan umat Islam telah memberi kontribusi dalam publikasi mitos ini, yang mereka ambil dari orang Majusi.

    http://www.hiddenfact.com/mahdi.htm

    *) copasan dari web ustadz Mahrus Ali Mknu

Komentar Anda?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.